Seandainya Mau Begitu Mungkin Ngak Begini
“Kontemplasi Kekalahan Tuan Crab Dalam Perang
Kepemimpinan”
Opening
Statement
“Setiap orang tahu politik tetapi tak seorang pun
yang memahaminya” -Mark Twain-
Alkisah
perang sudah dimulai dengan senjata yang lengkap telah siap untuk bertempur,
hingga terjadilah pertempuran itu, namun ada hal yang menarik untuk disimak
ketika itu para prajurit sudah mengangkat bendera putih menyatakan kekalahannya, dan prajurit
lawan menurunkan senjatanya. Satu hal yang tersirat adalah “Bodoh” mengapa
demikian? Karena sakit hati tidak dapat dituntaskan dengan mengangkat bendera
putih, karena pertumpahan darah sejatinya telah terjadi, namun niat itu
diurungkan karena kasih sayangnya terhadap jiwa manusia yang telah menyadari
kesalahannya dengan menyatakan kekalahan. Padahal jikaulah prajurit lawan boleh
berfikir sejenak, Perang sudah menyita banyak waktu dan taruhan hidup dan mati.
Demikian
yang terjadi dengan kontestasi politik antara tuan crab dan sedo, ketika itu
tuan crab menjadi pemimpin sebuah kota paling bergengsi dengan banyaknya
kumpulan koin-koin emas, karena tuan crab sudah mendekati masa kepemimpinannya
dilaksanakalah ajang pemilihan pemimpin. Dengan tekad bulat tuan Crab
mencalonkan diri untuk mengikuti pemilihan kedua kalinya, niat itu dilandasi
dengan kegigihan tuan Crab agar memastikan koin-koin emas aman dan cukup untuk
kehidupan anak cucu pada masa yang akan datang.
Pada
akhirnya tuan Crab kalah dalam ajang pemilihan, yang menyebabkan tuan Crab
sejenak membisu dan bertanya ada apa dan mengapa? Padahal seluruh rakyat kota
bangga dan puas dengan kinerja tuan Crab pada masa itu. Namun tuan Crab
tersentak dengan ketika membaca tulisan di dinding-dinding taman kota yang
bertuliskan “anda kurang latihan dalam peperangan”, melihat tulisan itu tuan
Crab hanya tersenyum pilu dengan gigi-gigi pesakitan.
Dengan
bermodalkan penasaran terhadap tulisan “anda kurang latihan dalam peperangan”,
tuan Crab berangkat menuju tepi-tepi pantai untuk menyelami kata-kata itu. naas
tuan Crab terbangun dari mimpinya, menarik nafas sedalam-dalamnya dan berkata “Wah
saya lupa ini perang, bukan bagi-bagi sembako”. Seandainya tuan Crab berlatih
terlebih dahulu, mungkin ia dapat berbuat begitu, dan bukan begini, namun
penyesalan tinggalah kenangan, sesungguhnya perperangan sudah dimulai
terkungkung oleh ketulusan dan keikhlasan.
Oh
Tuan Crab mengapa kau begini...............bukan begitu?.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar