efendisimbolon.blogspot.com

Selasa, 24 Januari 2017

NEGERI PARA PENYAMUN



NEGERI PARA PENYAMUN
Puisi dari perusak bangsa
Penulis : Efendi Simbolon


Sudahkah kau berdoa untuk malam-malam yang panjang itu, agar tidur mu nyenyak?
Sudahkah kau menulis di atas bukumu yang penuh debu pertikaian?
Ia saya harap kau sudah menyiapkan segalanya
Pernakah kau berfikir anjing mengongong untuk menjaga keheningan rumah mu?
Pernahkah kau berfikir untuk menjaga anak cucu mu dari kelaparan.
Saya mengaminkan doa mu yang penuh kesejukkan itu.
Kini saatnya dan sudah saatnya kami menginjakkan kaki untuk mengangkat senjata
Kini saatnya dan sudah saatnya kami menusuk rusukmu
Sakit...sakit...dan sakit tampaknya kau sudah lelah
Hentikan.. pergi dan pergilah kami tidak kuat
            Kami tidak kuasa ini negeri para penyamun
            Angkat kembali senjata mu agar kami tenang dengan malam-malam panjang itu.

Sabtu, 21 Januari 2017

KRITIK PEMERINTAH DAN TINDAK PIDANA MAKAR (Menyoroti dari ruang Televisi persoalan negeri ini) Efendi Simbolon



KRITIK PEMERINTAH DAN TINDAK PIDANA MAKAR
(Menyoroti dari ruang Televisi persoalan negeri ini)
Penulis : Efendi Simbolon



            Dalam peraturan perundang-undangan Indonesia tidak diatur secara jelas mengenai definisi makar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan makar adalah “Akal busuk; tipu muslihat, perbuatan (usaha) dengan maksud hendak menyerang (membunuh) orang, perbuatan (usaha) menjatuhkan pemerintah yang sah”. Selanjutnya mengenai  tindak pidana makar di atur di dalam Pasal 104, Pasal 106, dan Pasal 107 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
            Akhir-akhir ini sedang hangat diperbincangkan persoalan tindak pidana makar yang melanda negeri ini. Banyaknya berita di media cetak dan media elektronik menjadi momok yang menakutkan apabila benar terjadi tindak pidana tersebut. Namun persoalan yang lebih mendasar daripada itu adalah apakah benar ada upaya makar?
             Nama-nama yang bernuansa kitikal terhadap pemerintah, dianggap telah melakukan tindak pidana makar mereka dianggap tidak pro terhadap pemerintah beserta kebijakan-kebijakannya. Persoalan ini  diawali dengan kasus yang menjerat Ahok Calon Gubernur DKI Jakarta, yang berlanjut kepada suara-suara bahwa presiden seharusnya tegas dalam mengambil sikap terhadap yang telah dan akan terjadi di negeri Ini.  
            Apabila yang dimaksud dengan tindak pidana makar adalah kritik terhadap pemerintah maka sudah seharusnya kita menutup buku dan membungkam mulut, karena setiap pendapat yang tidak pro terhadap pemerintah disinyalir melakukan tindak pidana makar atau paling tidak melakukan percobaan tindak pidana makar. Sebagai analoginya Bapak berjalan dengan anaknya, dan bapak tersebut salah jalan yang seharusnya kekiri namun kekanan dengan sengaja anak mengingatkan bapaknya bahwa jalan yang harus kita lalui kekiri bukan kekanan, apakah seketika itu bapak langsung menampar anaknya  dan berkata “kamu diam saja bapak sudah sering lewat sini”, ada dua kemungkinan yang terjadi bapak yang sengaja kekanan namun tujuannya sama seperti kekiri atau bapak sudah lupa jalan.
            Sesungguhnya hal inilah yang sedang terjadi di negeri ini, di satu sisi apabila semua orang bebas tanpa batas untuk mengungkapkan pendapat maka hal itu juga dapat dianggap lumrah karena pada dasarnya kita sudah menyepakati demokrasi langsung dan berkembang menjadi demokrasi perwakilan melalui  DPR. Disisi lain bila hal ini tidak di awasi maka terjadilah manusia memakan manusia lainnya. Tentu kondisi ini tidak diinginkan melainkan harus dibenahi sedemikian rupa melalui perundingan tanpa batas, dapat dimungkinkan pemerintah mengajak makan malam terlebih dahulu dan meminta klarifikasi apa yang dimaksud dengan pendapat nama-nama tersebut atau yang ekstrim dengan dilakukannya penyisihan beberapa bangku kosong untuk meninjau mau dibawa kemana Negara ini.

Senin, 09 Januari 2017

SAAT DOKTER MAKAN MALAM DENGAN PASIEN “Berfilsafat Dengan Anekdot” Efendi Simbolon



SAAT DOKTER  MAKAN MALAM DENGAN  PASIEN
“Berfilsafat Dengan Anekdot”
Efendi Simbolon


Opening Statement:
“Setiap orang berbicara tentang cuaca, tetapi tak seorang pun yang bisa berbuat terhadapnya”
-Carlton Clymer Rodee, dkk-

Mungkin malam itu menjadi malam yang sangat mengharukan bagi Don. Tepat pukul 00:20 Wib Don merasa gelisah saat sakit gigi itu menjalar hingga ke ubun-ubunnya. Balik ke kanan balik ke kiri terus dilakukan ditempat tidur dengan ditemani bantal guling yang empuk, cara itu dilakukan untuk meredam sakit yang dialaminya. Pada saatnya Don merasa tidak kuat untuk menahan sakit yang dialaminya, dan bergegas menuju rumah sakit terdekat meminta dokter memeriksa masalah pada giginya. Datanglah seorang Dokter dengan paras yang cantik dan menawan menghampiri Don, “kenapa dengan gigi anda pak?” tanya Dokter sambil tersenyum kepada Don “ini Dok ngak tahu kenapa gigi saya tiba-tiba sakit” jawab Don. “oh kalau begitu bapak saya suntik ya, biar giginya ngak sakit lagi”, “iya Dok, suntik aja”. Segera Dokter meminta seorang suster untuk menyuntik Don, “bapak disuntik dulu ya, tarik nafas dan buang perlahan-lahan, sudah pak sudah selesai”. Makasih ya suster. Suster, saya mau naya dokter yang tadi itu siapa ya namanya? “Oh itu Dokter Sesil pak, dia masih gadis ya sus? Heheheeh, Iya pak. Oh iya Sus makasih ya, iya mari pak”.
Setelah itu Don pergi menuju loket administrasi untuk mengambil obat dan membayar seluruh biaya pengobatannya, tak disangka bertemu dengan Dokter sesil. Gimana pak sudah mendingan? Seru Dokter. Sudah Dok udah sembuh kok, iya nanti obatnya dimakan ya pak biar giginya ngak sakit lagi, iya Dok. Don pun bergegas pergi meninggalkan rumah sakit.
Ternyata diam-diam ketika dirumah sakit Don mencari tahu nomor Dokter Sesil, dan hari berikutnya Don mengirimkan pesan kepada Dokter Sesil “hai Dok masih kenal ngak sama saya, siapa ya? Ini Dok saya Don yang waktu itu pernah dokter periksa saya saat sakit Gigi, oh....iya.iya pak kenal. Ada apa pak? Enggak Dok cumin pengen nyapa ajah, oh gimana keadaanya pak sekarang? Sudah Dok sudah sembuh kok, berkat saran dari Dokter waktu itu, ah bapak bisa ajah, itu sudah menjadi kewajiban kami pak sebagai Dokter untuk menyarankan kepada setiap pasien.
Singkat cerita, hingga akhirnya Don berencana mengajak makan malam Dokter Sesil. “Dok, saya boleh nanya sesuatu ngak”, “iya pak nanya apa”. “Dok kalau berkenan, bersediakah dokter makan malam sama saya”... Makan malam pun terjadi.

Penutup
Don tidak pernah menyangka pada malam itu tiba-tiba giginya mengalami kesakitan yang luar biasa, hingga akhirnya dia pergi ke rumah sakit dan bertemu dokter cantik hingga berlanjut dalam Makan malam yang penuh dengan keromantisan. Cerita ini tidak berbanding terbalik saat jutaan masyarakat mengkritik pemerintahan, saat malam yang panjang, menuntut  pemerintah menurunkan harga sembako, demo dijalanan, hukum harus ditegakan, dan masih banyak lagi. Saat hal itu direalisasikan kepada satu aktor utama, apakah masih bersuara lantang, atau mengajak  makan malam bersama? 



Jumat, 06 Januari 2017

NEGARA DALAM PERSPEKTIF KELUARGA CEMARA Merindukan Indonesia Yang Menjamin Kemajemukan Oleh : Efendi Simbolon




NEGARA DALAM PERSPEKTIF KELUARGA CEMARA
Merindukan Indonesia Yang Menjamin Kemajemukan
 Oleh : Efendi Simbolon

A.    Pendahuluan

Indonesia adalah kebanggaan bersama, sebagai anak-anak bangsa sudah sepatutnya mengangkat nama Indonesia di kancah dunia. Akan tetapi, bukan suatu hal yang sederhana mensejajarkan Indonesia dengan negara-negara maju di dunia. Namun demikian, kontestasi itu sudah di mulai dan pengaruh tersebut tidak dapat dibendung begitu saja. Banyaknya konflik agama, suku, dan budaya acap kali menjadi alasan yang kuat untuk mengukur Indonesia sebegitu kerdilnya di mata dunia. Hal ini tentu saja memberikan peringatan, kepada kaum-kaum intelektual dan terdidik, agar memikirkan Indonesia secara kolektif di masa yang akan datang. Untuk itu, pertanyaannya adalah bagaimana menciptakan Indonesia yang menjamin kemajemukan?

B.     Merenungkan Makna Dari Kemajemukan
Masuknya pedagang ke Indonesia dari berbagai penjuru dunia menjadi keniscayaan, hal tersebut menegaskan bahwa Indonesia sudah menerima dan belajar untuk pendewasaan karakter yang sejak lama sudah terjadi. Konflik merupakan persoalan yang mendasar dalam menyatukan komitmen persatuan Indonesia, implementasinya ketika dalam cengkraman kaki burung Garuda bertulisakan “Bhineka Tunggal Ika” yang artinya “Walaupun berbeda-beda tetap satu jua”. Perbedaan inilah yang sudah jarang terdengar, berpendapat secara individual untuk mengawangi tujuan masing-masing sepertinya lebih tampak di permukaan.
Seharusnya Indonesia menjamin kemajemukan tersebut, walaupun tidak dapat dipungkiri keegosian itu sedikit demi sedikit mulai tergerus oleh pertikaan yang memakan banyak korban tak bersalah sehingga menjadi pengalaman pahit dan berharga. Kesadaran terhadap diri masing-masing menjadi momentum, untuk merubah atau paling tidak ikut menyongsong kemajemukan di Indonesia.