efendisimbolon.blogspot.com

Jumat, 08 Juni 2018

MARI BANGKIT ANAK MUDA!!!


MARI BANGKIT ANAK MUDA!!!
            Saya tidak mencoba menghakimi anda yang sedang pucat pasi dan loyo. Tapi mari kita habiskan hidup untuk bermain gitar dan menyanyikan lagu kemenangan itu. “Mari Bangkit Anak Muda!!!.
            Anda dan saya tidak diwajibkan untuk menjadi kuat seperti pegulat dan pemain tinju. Tapi anda dan saya diwajibkan untuk mengajak daun-daun yang berguguran bangkit lagi menjadi tunas baru. Mengapa anda loyo, lemas, lunglai ? karena masalah cinta, keluarga, pendidikan, teman atau keuangan minim yang sedang melanda deras. Itu bagian dari hidup kita anak muda. Kita tidak pernah lepas dari masalah seperti itu, kita cukup untuk menikmati hidup ini sebaik-baiknya sisanya serahkan pada Tuhan Yang Maha itu. Mudah? Tidak!!! tidak semudah kata bijak Mario Teguh. Tapi tidak sesulit saat ajal menjemput kita.
            Saya mencoba mengajak anda menjadi orang yang sombong anak muda. Karena dengan sombonglah, anda menjadi bersemangat menjalani hidup ini. Sombong yang dimaksud bukan merendahkan orang lain dengan segala sesuatu yang ada pada kita. Sombong untuk mengahadapi setiap tantangan yang ada. Kita tidak mau diremehkan bukan?. Ya saya tahu itu dan saya mengalaminya juga.  
            Tidak ada yang salah dengan hiburan anak muda. Hiburan membantu kita untuk melihat ciptaan Tuhan yang begitu indah. Tapi, apakah kita hanya bersemangat dengan hiburan? dan kita tidak siap menghadapi masalah besar menghampiri kita. Itu egois anak muda, itu sama dengan anak kecil mengemut permen, dan membuangnya saat tak terasa manis lagi. Apakah anda rela menjadi penonton? Mengkritik dan menilai pemain sesungguhnya. Saatnya kita menjadi pemain anak muda, kita mainkan gendang benderang itu. Jangan biarkan kita melewati kehidupan ini dengan basa basi.
Mari bangkit anak muda!!!

Efendi Simbolon

Kamis, 07 Juni 2018

SIPENGECUT DENGAN DUNIA INI


SIPENGECUT DENGAN DUNIA INI

            Pernahkah kita mendengar kalimat “hormatilah ayah dan ibumu”?. Ya, tentu kalimat ini ditujukan kepada kita. Bukan dia, atau mereka. Hormat adalah suatu sikap yang dipaksakan dari diri kita, padahal sifat angkuh dan sombong selalu lebih kita tonjolkan.
            Waktu kita lahir, kita dibesarkan dengan tangan hangatnya orang tua kita. Nangis dibujuk-bujuk, sakit ditimang-timang, tanpa kita sadar bapak dan ibu selalu kurang tidur setiap malam. Kita tidak lebih besar dari bola basket, kita hanya sebesar gengaman orang tua kita. Tahukah saat ibu menimang kita, doa apa yang dia hembuskan ditelinga kita? “Hai anakku aku yakin dan percaya suatu saat nanti engkau menjadi sosok yang paling hebat”. Doa itu adalah doa yang paling menyedihkan yang pernah Ibu panjatkan untuk kita. Doa itu mencoba menegaskan, bahwa kita adalah seorang yang paling kurang ajar dimuka bumi ini. Mengapa demikian? Ya, kita kerap tidak menyadari waktu kita masih bayi, kitalah orang yang telah melangkahi kepalanya dan meludahi mukanya. Tapi saat kita tumbuh menjadi dewasa mengapa kita menjadi pengecut dengan dunia ini?
            Harga diri Ibu selalu kita bayar dengan langkah meragukan. Nyaris, kita tidak menghargai sama sekali harga diri seorang ibu. Kita berani melangkahi kepalanya dan meludahi mukanya, tapi kita takut dengan dunia yang tidak menjanjikan kepastian ini. Ironisnya hidup kita bukan!!!
            Mari kita sejenak lupakan ketakutan itu, keraguan yang megerogoti jiwa-jiwa yang sombong. Ya sombong adalah label yang melekat  pada diri kita, hingga sombong terlalu mahal untuk seorang yang pengecut. Kita malu dengan teman, kita takut dimarahi orang, sampai kita selalu merendahkan diri kita dihadapan orang lain.
            Jika kita berani melangkahi kepala ibu dan meludahi mukanya? Mengapa kita takut dengan dunia yang tidak lebih kejam daripada perbuatan yang kita lakukan kepada ibu kita. Jawablah...

Efendi Simbolon

KARENA PADA AKHIRNYA KITA TIDAK BISA MENYENANGKAN SEMUA ORANG


KARENA PADA AKHIRNYA KITA TIDAK BISA

MENYENANGKAN SEMUA ORANG

            Apakah anda sedang sakit hati dikecewakan orang lain? Apalagi orang itu adalah orang yang paling dekat dengan anda. Anda sudah memberikan yang terbaik menurut anda tapi orang lain tidak dapat menuruti kehendak anda. Dunia tidak adil, hidup ini kejam sepeti itulah pemikiran anda. Ya anda tidak salah karena kita sebagai manusia sangat wajar bersikap seperti itu. Tapi apakah dengan seperti itu, masalah menjadi surut dan selesai. Ternyata tidak “Karena dunia ini selalu punya alasan untuk membencimu”.
            Kita adalah manusia yang terbatas. Kita hanya diberikan oleh Tuhan akal pikiran sebatas pencapaian yang ada dalam pikiran kita. Artinya jika kita bercita-cita menjadi insinyur maka kita menjadi insinyur, sekalipun tidak tercapai paling tidak pikiran kita telah menjadi insinyur. Seperti itulah saat kita menjadi orang berprestasi, unggul disegala bidang, disegani, dan dihormati orang lain tapi masih ada orang yang membenci kita.
            Tidak ada yang salah dengan orang lain ketika membenci kita, karena kita hidup bukan untuk menyenangkan semua orang. Tapi kita hidup sebaik dan sepantasnya kita lakukan. Pada akhirnya kita tidak dapat menyenangkan semua orang.
            “Jika semua orang menyukai anda, berarti anda adalah anak kecil. Jika semua orang tidak menyukai anda, berarti anda adalah orang gila. Tetapi jika sebagian suka dan beberapa lainnya tak suka. Berarti mungkin andalah calon orang besar selanjutnya.” (Setia Furqon Kholid).

Efendi Simbolon

Rabu, 06 Juni 2018

Arti Sahabat

Arti Sahabat
            Sahabat bagiku adalah orang yang paling tahu kemana kaki ini melangkah. Sahabat mengerti apa masalah aku. Sahabat mencoba menarik dirinya dari rasa sombong dihadapan ku. Sahabat lebih dari kata-kata dalam tulisan ini. Siapakah Sahabat ku?
            Aku orang yang mudah bergaul dimana pun dan kapanpun. Dari tukang becak hingga tukang semir sepatu, selalu nyambung kalau ngomong dengan aku. Tapi miris, bisa dikatakan aku orang yang paling sulit untuk bersahabat. Alasanya karena aku orangnya yang sedikit sombong didepan teman-teman, sombong yang paling ngak mau dikalahkan. Ya itulah aku.
            Didalam hidup aku, aku hanya percaya dengan Tuhan ku dan keluarga ku. Sederhana dan itu saja. Bagi aku ngak ada sahabat terbaik selain-Nya dan mereka. Karena dalam benak ku tidak ada orang yang tahan melihat penderitaan kita. Kita dilahirkan dengan penuh persaingan satu sama lain. Bersaing siapa yang lebih unggul ?. Bersaing siapa yang lebih dapat dipercaya dan masih banyak lagi.
            Lantas, apakah perkataan ku sepenuhnya benar?. Ternyata dalam perjalanan hidup. Aku bertemu dengan seseorang yang tadinya teman menjadi lebih baik dari teman-teman aku seluruhnya. Dia misteri dalam hidup aku. Dulu saat aku masih sama-sama satu sekolah dengan dia, dialah yang menjamu aku kerumahnya. Bukan untuk makan malam apalagi untuk minum teh manis. Tapi dia memberikan satu bantal guling dan bantal biasa, untuk menenangkan kepala ku yang pusing. Ya saat itu akan lagi sakit. Dia merawat aku, membelikan aku obat, megosok badanku dan meng-kompres keningku.
            Arti sahabat bagiku tidak lebih dari itu...

Efendi Simbolon

Selasa, 05 Juni 2018

MENGALIR SAJALAH...


MENGALIR SAJALAH...
            Namaku Efendi Simbolon. Sehari-hari aku dipanggil “Ucok”, panggilan beken untuk menandai aku orang batak. Dulu saat masih SD aku malu dipanggil dengan panggilan Efendi Simbolon karena saat Ibu/Bapak guru membacakan absensi sontak para teman-teman tertawa terbahak-bahak saat mendengar kata Simbolon tak jarang di plesetkan “hai Simbolot”.
            Aku dibesarkan dari keluarga yang penuh kemewahan, ya secara bapak ku dulu seorang banker disalah satu Bank swasta Indonesia. Label pemilik uang jutaan hingga ratusan juta melekat dalam keluargaku. Tapi jauh api dari panggang, label tidak semulus isi kue sari roti, tak jarang bapakku ngutang di lapo tuak (sebutan warung batak), untuk menikmati sebotol tuak satu setengah liter.
            Mamaku seorang pengganguran, dengan rupa yang begitu cantik dan menawan. Tapi orangnya cerewet dan galak, dulu kalau aku telat pulang kerumah saat bermain, aku harus bersiap-siap dipukul pakai selang sampai badanku mengigil kesakitan bukan mengigil kedinginan ya. Tapi Tuhan berkehendak lain, mamaku dipanggil Tuhan untuk selama-lamanya waktu kami anak-anaknya masih unyuk-unyuk dan sedang lucu-lucunya.
            Abangku, seorang yang tampan tapi keras kepala. Sering melawan Bapak dan Mamaku. Padahal dulu sekolah dia paling favorit dan terbaiklah. Aku sering berkelahi sama abangku, padahal kadang-kadang masalah sepele hanya soal uang sisa disuruh beli mie Indomie oleh Bapak.
            Kakakku, sama kayak mamaku orangnya cerewet dan galak. Aku sering dipukuli dan dinasehati dari pagi sampai sore, hanya gara-gara pergi main sebelum tidur siang. Tapi kakakku cantik, banyak laki-laki naksir waktu dia masih sekolah dan kuliah.
            Adekku, orang yang lucu. Tapi sedikit keras kepala dan orangnya banyak akal. Adekku bermental baja, pernah waktu itu dia lompat pagar untuk pergi main. Alhasil dia sering aku panggil tupai lompat yang lincah. Tapi adekku orangnya cerdas, untuk urusan sekolah, dia selalu mendapat juara ngak kayak abangnya Aku, tamat aja bantuan Tuhan Yang Maha Esa.
            Nah kalau ini yang terakhir Ibukku, kalau aku bilang sih dia malaikat kami anak-anaknya. Ibuku pengganti mamaku. Dia hadir dikeluarga kami pada  saat makan pun masih susah. Hingga aku sering marah kalau ada orang bilang dia Ibu tiriku, karena bagiku dia lebih dari Ibu kandung yang melahirkan aku dan kamu. Ngak terbayang, keluarga kami yang sedang minus bukan nol, diangkat derajatnya oleh Ibuku seorang PNS. Kalau Tuhan ada Malaikat disurga, aku ada Malaikat didunia itu Ibu ku.
            Mengalir sajalah... hingga aku tak menyangka dapat membuat tulisan ini, seorang yang dulu paling membenci membaca dan menulis “YA AKU”...

Efendi Simbolon