efendisimbolon.blogspot.com

Selasa, 05 Juni 2018

MENGALIR SAJALAH...


MENGALIR SAJALAH...
            Namaku Efendi Simbolon. Sehari-hari aku dipanggil “Ucok”, panggilan beken untuk menandai aku orang batak. Dulu saat masih SD aku malu dipanggil dengan panggilan Efendi Simbolon karena saat Ibu/Bapak guru membacakan absensi sontak para teman-teman tertawa terbahak-bahak saat mendengar kata Simbolon tak jarang di plesetkan “hai Simbolot”.
            Aku dibesarkan dari keluarga yang penuh kemewahan, ya secara bapak ku dulu seorang banker disalah satu Bank swasta Indonesia. Label pemilik uang jutaan hingga ratusan juta melekat dalam keluargaku. Tapi jauh api dari panggang, label tidak semulus isi kue sari roti, tak jarang bapakku ngutang di lapo tuak (sebutan warung batak), untuk menikmati sebotol tuak satu setengah liter.
            Mamaku seorang pengganguran, dengan rupa yang begitu cantik dan menawan. Tapi orangnya cerewet dan galak, dulu kalau aku telat pulang kerumah saat bermain, aku harus bersiap-siap dipukul pakai selang sampai badanku mengigil kesakitan bukan mengigil kedinginan ya. Tapi Tuhan berkehendak lain, mamaku dipanggil Tuhan untuk selama-lamanya waktu kami anak-anaknya masih unyuk-unyuk dan sedang lucu-lucunya.
            Abangku, seorang yang tampan tapi keras kepala. Sering melawan Bapak dan Mamaku. Padahal dulu sekolah dia paling favorit dan terbaiklah. Aku sering berkelahi sama abangku, padahal kadang-kadang masalah sepele hanya soal uang sisa disuruh beli mie Indomie oleh Bapak.
            Kakakku, sama kayak mamaku orangnya cerewet dan galak. Aku sering dipukuli dan dinasehati dari pagi sampai sore, hanya gara-gara pergi main sebelum tidur siang. Tapi kakakku cantik, banyak laki-laki naksir waktu dia masih sekolah dan kuliah.
            Adekku, orang yang lucu. Tapi sedikit keras kepala dan orangnya banyak akal. Adekku bermental baja, pernah waktu itu dia lompat pagar untuk pergi main. Alhasil dia sering aku panggil tupai lompat yang lincah. Tapi adekku orangnya cerdas, untuk urusan sekolah, dia selalu mendapat juara ngak kayak abangnya Aku, tamat aja bantuan Tuhan Yang Maha Esa.
            Nah kalau ini yang terakhir Ibukku, kalau aku bilang sih dia malaikat kami anak-anaknya. Ibuku pengganti mamaku. Dia hadir dikeluarga kami pada  saat makan pun masih susah. Hingga aku sering marah kalau ada orang bilang dia Ibu tiriku, karena bagiku dia lebih dari Ibu kandung yang melahirkan aku dan kamu. Ngak terbayang, keluarga kami yang sedang minus bukan nol, diangkat derajatnya oleh Ibuku seorang PNS. Kalau Tuhan ada Malaikat disurga, aku ada Malaikat didunia itu Ibu ku.
            Mengalir sajalah... hingga aku tak menyangka dapat membuat tulisan ini, seorang yang dulu paling membenci membaca dan menulis “YA AKU”...

Efendi Simbolon

Tidak ada komentar:

Posting Komentar