SIPENGECUT DENGAN DUNIA INI
Pernahkah kita mendengar kalimat “hormatilah ayah
dan ibumu”?. Ya, tentu kalimat ini ditujukan kepada kita. Bukan dia, atau
mereka. Hormat adalah suatu sikap yang dipaksakan dari diri kita, padahal sifat
angkuh dan sombong selalu lebih kita tonjolkan.
Waktu kita lahir, kita dibesarkan
dengan tangan hangatnya orang tua kita. Nangis dibujuk-bujuk, sakit
ditimang-timang, tanpa kita sadar bapak dan ibu selalu kurang tidur setiap
malam. Kita tidak lebih besar dari bola basket, kita hanya sebesar gengaman
orang tua kita. Tahukah saat ibu menimang kita, doa apa yang dia hembuskan
ditelinga kita? “Hai anakku aku yakin dan percaya suatu saat nanti engkau menjadi
sosok yang paling hebat”. Doa itu adalah doa yang paling menyedihkan yang
pernah Ibu panjatkan untuk kita. Doa itu mencoba menegaskan, bahwa kita adalah
seorang yang paling kurang ajar dimuka bumi ini. Mengapa demikian? Ya, kita
kerap tidak menyadari waktu kita masih bayi, kitalah orang yang telah melangkahi
kepalanya dan meludahi mukanya. Tapi saat kita tumbuh menjadi dewasa mengapa kita
menjadi pengecut dengan dunia ini?
Harga diri Ibu selalu kita bayar
dengan langkah meragukan. Nyaris, kita tidak menghargai sama sekali harga diri seorang
ibu. Kita berani melangkahi kepalanya dan meludahi mukanya, tapi kita takut
dengan dunia yang tidak menjanjikan kepastian ini. Ironisnya hidup kita
bukan!!!
Mari kita sejenak lupakan ketakutan
itu, keraguan yang megerogoti jiwa-jiwa yang sombong. Ya sombong adalah label
yang melekat pada diri kita, hingga
sombong terlalu mahal untuk seorang yang pengecut. Kita malu dengan teman, kita
takut dimarahi orang, sampai kita selalu merendahkan diri kita dihadapan orang
lain.
Jika kita berani melangkahi kepala
ibu dan meludahi mukanya? Mengapa kita takut dengan dunia yang tidak lebih
kejam daripada perbuatan yang kita lakukan kepada ibu kita. Jawablah...
Efendi
Simbolon
Tidak ada komentar:
Posting Komentar